Sebuah brand menjadi ternama bukan tanpa media. Untuk terhubung dengan berbagai media, sebuah perusahaan yang tengah membangun imej dan mengenalkan merek dagangnya alias brand yang ingin dilambungkan, perlu memiliki “ruang public relations (PR)”.
Jadi, sekadar marketing saja apakah tidak cukup? Ya, jelas saja tak cukup. Marketing ibarat pelempar umpan saja. Ketika target didapat, keputusan ada di keahlian penjualan yang menawarkan harga terbaik dan memahamkan manfaat produknya. Dan, pemahaman tentang produk adalah delivery tugas yang terolah matang dari “Ruang PR”, sehingga brand menjadi kondang atau dikenal.
Brand melewati fase terdengar, teringat, hingga terkenal. Proses ini bukan kerja semalam dan dilakukan sendirian, melainkan butuh keahlian para penghubung masyarakat. Dalam dunia bisnis, para penghubung ini dikenal dengan public relations alias PR.
Tugas para PR adalah memanfaatkan semua platform publikasi dan menyesuaikan perkembangan zamannya. Brand awareness mereka rintis dengan memanfaatkan platform yang paling diikuti oleh masyarakat digital atau warganet, di antaranya adalah media sosial.
Meski tren digital sudah merajai dunia informasi dan komunikasi, platform lama juga masih tetap bisa digunakan dengan cara aktivasi website perusahaan atau melalui brand storming rutin di website perusahaan dengan menggunakan artikel-artikel “pengunci tombol” mesin pencari.
Patut dicermati, artikel yang disajikan pada website perusahaan bukanlah artikel “lugu” yang semata hanya berjualan produk. Artikel itu harus memiliki cerita yang kuat dan bisa mengajak calon pelanggan tertarik membeli dan bertransaksi. Konsep ini dikenal dengan istilah storytelling. Melalui storytelling, audiens akan diajak untuk “masuk” ke dalam kisah yang sengaja disajikan oleh sebuah brand.
Namun, jangan pula diabaikan cara-cara konvensional untuk mengangkat citra dan reputasi sebuah brand. Praktisi PR di mana pun tetap harus mampu membangun hubungan yang baik dengan insan pers. Strategi lama berupa menyampaikan siaran pers kepada media, hingga kini tetap menjadi sebuah kebutuhan. Pun, demikian pula halnya dengan kegiatan semacam media relation event atau media gathering.
Mengapa hubungan dengan media masih memiliki peran penting dan strategis? Hubungan personal akan lebih mengikat secara emosi daripada hanya sekadar mesin-mesin pencari dan penghubung di dunia maya. Jadi, membina hubungan baik dengan awak media tetap saja diperlukan, kendati dunia kini sudah beranjak ke arah digitalisasi yang luar biasa.
Beberapa hal penting dipahami tim PR dalam meningkatkan citra brand.
Pertama, pahami target audiens, termasuk behaviour audiens. Ini penting agar pesan yang disampaikan relevan dan efektif.
Kedua, buatlah strategi komunikasi yang sesuai dengan brand. Salah satunya adalah pemilihan platform media yang sesuai dengan target audiens. Ini dibutuhkan agar pesan yang disampaikan konsisten dan terukur.
Ketiga, buatlah pesan yang kuat. Tim PR harus mampu merancang pesan yang kuat dan konsisten dengan mencerminkan nilai-nilai yang dipegang brand. Hal ini diperlukan untuk menjadi pembeda dengan brand lain.
Inilah pembeda penting era digital dengan masa-masa sebelumnya. Gabungan strategi komunikasi yang cerdas, keterbukaan, dan digitalisasi, menjadikan tim PR bisa mengelola brand dengan sukses dan senantiasa menjaga reputasinya di mata khalayak.
Oleh: Tami Kusnadi