Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menjadi pemimpin sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang tiba-tiba diterpa badai kontroversi? Kunjungan lima anggota organisasi ke sebuah negara yang sedang terlibat perang dengan Palestina telah memicu gelombang reaksi publik di Indonesia. Berdasarkan analisis data, isu ini setidaknya menarik perhatian publik dengan total jangkauan mencapai 208 ribu pengguna internet. Sentimen publik terhadap isu ini sebagian besar negatif, yakni 40,2%.
Kondisi ini telah menyebabkan timbulnya situasi krisis pada organisasi tersebut. Komunikasi krisis yang dihadapi pun berkelindan menjadi sangat kompleks. Tidak hanya melibatkan isu agama dan politik, tetapi juga menyangkut sensitivitas publik terhadap isu Palestina. Memang, pimpinan organisasi telah menyampaikan permintaan maaf dan menegaskan bahwa kunjungan tersebut tidak mencerminkan sikap resmi organisasi.
Langkah-langkah Strategis Mengatasi Krisis
- Respons Cepat dan Transparan: Hal pertama yang harus dilakukan adalah merespon krisis dengan cepat dan transparan. Organisasi harus mengeluarkan pernyataan resmi yang menjelaskan alasan di balik kunjungan tersebut, tujuan yang ingin dicapai, dan komitmen organisasi terhadap Palestina.
- Membangun Komunikasi Internal: Komunikasi yang efektif tidak hanya ditujukan kepada publik, tetapi juga kepada anggota organisasi sendiri. Penting untuk membangun konsensus internal dan memastikan semua pihak memahami posisi organisasi.
- Membuka Dialog dengan Stakeholders: Organisasi harus membuka ruang dialog dengan berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk tokoh agama, pemerintah, media, dan masyarakat luas. Dengarkan semua masukan dan pendapat dengan empati.
- Memanfaatkan Media Sosial: Media sosial menjadi alat yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan kepada publik yang lebih luas. Manfaatkan platform ini untuk menyebarkan informasi yang akurat dan membangun narasi positif.
- Menjaga Reputasi dan Mengembalikan Kepercayaan Publik: Lindungi reputasi organisasi dengan menghindari pernyataan yang kontraproduktif dan fokus pada nilai-nilai positif yang selama ini dijunjung tinggi. Untuk mengembalikan kepercayaan publik, organisasi perlu menunjukkan tindakan nyata yang sejalan dengan nilai-nilai tersebut, misalnya, dengan meningkatkan program-program sosial atau memperkuat kerja sama dengan organisasi kemanusiaan.
- Evaluasi dan Belajar: Setelah krisis mereda, lakukan evaluasi menyeluruh terhadap penanganan krisis yang telah dilakukan. Identifikasi kekurangan dan ambil pelajaran untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi krisis serupa di masa depan.
Membangun kembali kepercayaan publik setelah terjadi krisis tentu membutuhkan waktu dan upaya yang konsisten. Organisasi harus menunjukkan tindakan nyata yang membuktikan komitmen mereka terhadap nilai-nilai yang diyakini.
Berdasarkan hasil riset, melalui program bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan sejak 2014, organisasi tersebut telah menyalurkan berbagai bentuk bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui mitra lokal di kawasan konflik. Langkah ini dapat menjadi upaya organisasi tersebut untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap keadilan dan kemanusiaan.